Sabtu, 11 Juni 2016

Menjadi Mahasiswa Berprestasi 2019


     Menjadi mahasiswa berprestasi merupakan impian semua mahasiswa. Karena, mahasiswa berprestasi atau biasa disingkat mawapres adalah salah satu bentuk apresiasi tertinggi kepada setiap mahasiswa yang mempunyai dedikasi tinggi bagi kemajuan lingkungannya(khususnya lingkungan kampus). Dilihat dari kriteria penilaiannya, seorang mawapres tentu bukan mahasiswa biasa. Seorang mawapres pastilah mempunyai segudang prestasi. Baik prestasi akademik maupun prestasi non akademik. Perlu ditekankan disini bahwa prestasi yang dicapai bukan hanya akademik tapi non akademik juga.
Di Indonesia sendiri terdapat sistem pemilihan mawapres berjenjang. Tahap pertama yang harus dilalui oleh setiap mahasiswa yang ingin menjadi Mawapres adalah mengikuti tahap penyeleksian di tingkat jurusan masing-masing. Setiap mahasiswa harus memenuhi beberapa kriteria penilaian. Pertama, seorang mawapres adalah seorang mahasiswa aktif suatu perguruan tinggi (universitas, institut dan semacamnya) yang minimal sedang menempuh semester 3. Seorang mawapres tentunya dituntut mempunyai IPK yang tidak terlalu rendah (minimal 3,00).
Selain itu, seorang mahasiswa yang ingin menjadi mawapres harus bisa menguasai bahasa asing. Bahasa asing yang harus dikuasai adalah bahasa Inggris (utamanya). Seorang mawapres tentu harus mempunyai kemampuan bahasa inggris di atas rata-rata  mahasiswa pada umumnya.
Syarat berikutnya adalah aktif dalam sebuah organisasi. Karena seorang mawapres tidak hanya dituntut untuk baik dalam hal akademik tetapi baik pula dalam bidang non akademik. Semakin banyak seorang mawapres melakukan kegiatan sosial, hal tersebut akan memperbesar kesempatan mahasiswa tersebut untuk memenangkan juara I Mawapres tingkat nasional. 
     Sama seperti mahasiswa pada umumnya, saya pasti ingin menjadi mawapres. Hal pertama karena ingin menguji sejauh mana kemampuan yang saya miliki untuk menjadi seorang mawapres. Jika saya menjadi mawapres tentu saya mempunyai kompetensi diatas rata-rata dibandingkan mahasiswa pada umunya. Sudah pasti, jika saya bisa menjadi mawapres akan menjadi kebanggaan orang-orang terdekat dan khususnya diri saya.
Tentu saja menjadi mawapres tidaklah mudah. Menjadi mawapres tidak semudah seperti meniup api di lilin hingga padam atau membalikkan telapak tangan. Menjadi mawapres pastinya membutuhkan proses dan waktu yang panjang. Karena saya percaya dan yakin bahwa sesuatu yang besar diperoleh dengan kerja keras yang luar biasa dan tentunya proses yang tidak instan.
Oleh karena itu, saya berusaha memantaskan diri untuk bisa menjadi mawapres dimulai dari sekarang. Saya tidak mau hanya “berawang-awang” untuk menjadi mawapres. Saya ingin merealisasikannya. Dengan meningkatkan kemampun dan berbagai keahlian yang saya miliki. Maka dari itu saya harus mempersiapkan diri saya dari sekarang. Lalu, persiapan seperti apa yang saya butuhkan?
Pertama, saya akan meningkatkan kemampuan bahasa inggris. Saya berpikir bahwa kemampuan bahasa inggris yang saya miliki masih jauh dari kata cukup. Saya ingin menjadi seorang yang tidak hanya aktif dalam bahasa inggris. Namun, menjadi orang yang dapat menjadi pembicara menggunakan bahasa inggris. contohnya, saya ingin menjadi seorang narasumber yang menyampaikan isi materi menggunakan bahasa inggris.
Menjadi seorang presenter bahasa inggris pun ingin saya kuasai. Ada rasa yang sangat luar biasa ketika saya bisa berbicara di depan umum menggunakan bahasa inggris. Itulah alasannya saya sangat ingin menguasai kemampuan public speaking dalam bahasa inggris. Namun, karena kemampuan bahasa inggris saya yang kurang memadai. Saya hanya bisa melakukan public speaking di momen-momen tertentu saja. Dan hal ini tentu membuat saya sedikit kecewa. Jika saja saya bisa menjadi “mastering of English” atau like native speaker tentu kesempatan itu tidak akan saya lewati.
Saya akan menjadi mastering of English dengan cara berlatih percakapan bahasa inggris setiap hari. Percakapan yang saya lakukan bertujuan untuk melatih saya terbiasa mengucapkan bahasa inggris. Hal ini tidak sulit saya lakukan, karena saya  berada di Arsama Mahasiswa Islam Sunan Giri (ASG). Tempat dimana banyak mahasiswa berprestasi menghuninya. Termasuk saya sendiri tinggal disana.
Insyaallah saya akan menyusul para senior saya yang telah terlebih dahulu menjadi mahasiswa berprestasi pada bidangnya masing-masing. Itu pula yang menjadi pemicu saya untuk mau menjadi mahasiswa berprestasi. Yaitu, karena banyaknya senior saya di ASG  yang mempunyai prestasi luar biasa.
            Kedua, saya berharap bisa mengunjungi kampung inggris di Pare setiap untuk meningkatkan kemampuan bahasa inggris. Selain itu, saya mulai mengikuti club debat bahasa inggris UNJ, yang dikenal dengan nama EDF ( English Debating Family). Menurut saya, dengan mampu berdebat menggunakan bahasa inggris mempunyai kemampuan bahasa Inggris yang diatas rata-rata.
Saya pun yakin dengan mengikuti Lembaga kajian mahasiswa (LKM) UNJ dapat menopang keinginan saya untuk dapat menjadi mastering of English. Karena, LKM sendiri tidak hanya bergerak dibidang literasi bahasa Indonesia.
Saya akan mengikuti Himpunan Mahasiswa Jurusan (HIMA) Manajemen Pendidikan untuk dapat menunjang keorganisasian saya. Seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya, untuk dapat menjadi seorang mawapres harus memperhatikan aspek sosialnya juga. Salah satunya dengan mengikuti organisasi. Organisasi yang bisa diikuti tidak hanya terbatas pada organisasi internal kampus. Melainkan dapat mengikuti organisasi eksternal lainnya.
Saya berkeinginan untuk  dapat menjadi ketua BEM jurusan manajemen pendidikan UNJ pada tahun 2017. Saya akan memulai dengan aktif berorganisasi di wiliyah internal kampus. Karena, untuk memulai suatu hal yang berada di luar (organisasi eksternal) kampus harus mempunyai sedikit pengalaman dalam berorganisasi di internal kampus.
Selain kedua hal diatas, saya sebagai seorang mahasiswa pun harus memperhatikan aspek akademik. Yaitu nilai kuliah. Saya tidak ingin menjadi mahasiswa organisatoris tetapi mempunyai IPK yang kecil. Saya mempunyai tekad kuat untuk dapat mencapai nilai cum laude pada wisuda nanti. Tentunya hal tersebut harus dimulai dari semester ini (semester I).
Saya akan meluangkan waktu setiap malam (minimal satu jam) untuk dapat me-review kembali apa yang telah saya pelajari di kelas. Sehingga saya dapat mempertahankan prestasi akademik saya. Membaca buku minimal seminggu sekali akan saya jalani untuk dapat menunjang prestasi akademik saya. Melakukan diskusi bersama para kawan (mahasiswa UNJ, warga Asrama Sunan Giri, dan seluruh teman-teman seperjuangan saya) tentu menjadi hal yang wajib untuk dapat meningkat pengetahuan saya.
            Kemudian, saya akan mulai mengikuti lomba-lomba berskala nasional sampai internasional. Hal ini bertujuan untuk meningkat daya saing saya. Saya ingin menjadi mahasiswa berjiwa saing global, yang tidak hanya mampun bersaing di negeri sendiri. Namun, dapat bersaing dengan seluruh dunia. Alasan lainnya adalah untuk dapat memperbesar kesempatan saya untuk dapat menjadi mawapres. Karena seorang mawapres dituntut untuk mempunyai prestasi di tingkat nasional bahkan internasional.
Menjadi mahasiswa yang dapat berpestasi di tingkat internasional dapat dijadikan sebagai acuan bahwa mahasiswa tersebut mempunyai kapasitas untuk berkompetisi secara global. Hal ini sesuai dengan tuntutan zaman mengenai mahasiswa yang berwawasan global. Inilah yang menunjukan bahwa bahasa inggris merupakan suatu hal mendasar yang dibutuhkan untuk dapat berkompetisi di era global saat ini.
Seperti yang telah penulis sebutkan diatas, menjadi seorang mahasiswa berprestasi merupakan hal yang didambakan hampir seluruh mahasiswa di Indonesia, bahkan mungkin semua mahasiswa. Namun, banyak pula yang tidak mengetahui apa saja yang diperlukan untuk menjadi seorang mahasiswa berprestasi. 
Sedikit, penulis akan me-review kembali apa yang telah penulis tulisan pada artikel ini mengenai syarat untuk menjadi mahasiswa berprestasi atau mawapres.  Yang pertama adalah menguasai bahasa inggris (yang biasanya disebut dengan kemampuan bahasa asing), aktif dalam berorganisasi (semakin tinggi kedudukan mahasiswa tersebut dalam organisasi, maka semakin tinggi pula point yang akan didapat mahasiswa tersebut untuk menjadi mahasiswa berprestasi).
Mempunyai IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) yang cukup tinggi, yaitu 3,00 paling minimal. karena, seorang mahasiswa yang baik adalah mahasiswa yang bisa menyeimbangkan antara prestasi akademik dan non akademik. Selanjutnya adalah membuat makalah ilmiah. ini merupakan syarat untuk menjadi mahasiswa berprestasi. Makalah yang diajukan merupakan makalah yang belum pernah ada (orisinil buatan mahasiswa tersebut). Jika yang diajukan merupakan makalah yang pernah dibuat orang lain, perlu adanya inovasi dalam makalah tersebut.
Menjadi mahasiswa berprestasi memang penting. Tapi jauh lebih penting, jika kita bisa lebih bermanfaat bagi orang lain. Saya percaya “tidak ada gading yang tak retak, tak ada manusia yang sempurna”. Saya,  Purwo Besari mahasiswa manajemen pendidikan 2015, Universitas negeri Jakarta. Semoga apa yang telah saya tulis dapat bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.


                                                                        Jakarta, 15 Oktober 2015

                                                                        Asrama Mahasiswa Islam Sunan Giri



Tidak ada komentar:

Posting Komentar