Menjadi
mahasiswa berprestasi merupakan impian semua mahasiswa. Karena, mahasiswa
berprestasi atau biasa disingkat mawapres adalah salah satu bentuk apresiasi
tertinggi kepada setiap mahasiswa yang mempunyai dedikasi tinggi bagi kemajuan
lingkungannya(khususnya lingkungan kampus). Dilihat dari kriteria penilaiannya,
seorang mawapres tentu bukan mahasiswa biasa. Seorang mawapres pastilah
mempunyai segudang prestasi. Baik prestasi akademik maupun prestasi non
akademik. Perlu ditekankan disini bahwa prestasi yang dicapai bukan hanya
akademik tapi non akademik juga.
Di Indonesia
sendiri terdapat sistem pemilihan mawapres berjenjang. Tahap pertama yang harus
dilalui oleh setiap mahasiswa yang ingin menjadi Mawapres adalah mengikuti
tahap penyeleksian di tingkat jurusan masing-masing. Setiap mahasiswa harus
memenuhi beberapa kriteria penilaian. Pertama, seorang mawapres adalah seorang
mahasiswa aktif suatu perguruan tinggi (universitas, institut dan semacamnya)
yang minimal sedang menempuh semester 3. Seorang mawapres tentunya dituntut
mempunyai IPK yang tidak terlalu rendah (minimal 3,00).
Selain itu,
seorang mahasiswa yang ingin menjadi mawapres harus bisa menguasai bahasa
asing. Bahasa asing yang harus dikuasai adalah bahasa Inggris (utamanya).
Seorang mawapres tentu harus mempunyai kemampuan bahasa inggris di atas
rata-rata mahasiswa pada umumnya.
Syarat
berikutnya adalah aktif dalam sebuah organisasi. Karena seorang mawapres tidak
hanya dituntut untuk baik dalam hal akademik tetapi baik pula dalam bidang non
akademik. Semakin banyak seorang mawapres melakukan kegiatan sosial, hal
tersebut akan memperbesar kesempatan mahasiswa tersebut untuk memenangkan juara
I Mawapres tingkat nasional.
Sama
seperti mahasiswa pada umumnya, saya pasti ingin menjadi mawapres. Hal pertama
karena ingin menguji sejauh mana kemampuan yang saya miliki untuk menjadi
seorang mawapres. Jika saya menjadi mawapres tentu saya mempunyai kompetensi
diatas rata-rata dibandingkan mahasiswa pada umunya. Sudah pasti, jika saya
bisa menjadi mawapres akan menjadi kebanggaan orang-orang terdekat dan
khususnya diri saya.
Tentu saja
menjadi mawapres tidaklah mudah. Menjadi mawapres tidak semudah seperti meniup
api di lilin hingga padam atau membalikkan telapak tangan. Menjadi mawapres
pastinya membutuhkan proses dan waktu yang panjang. Karena saya percaya dan
yakin bahwa sesuatu yang besar diperoleh dengan kerja keras yang luar biasa dan
tentunya proses yang tidak instan.
Oleh karena itu,
saya berusaha memantaskan diri untuk bisa menjadi mawapres dimulai dari
sekarang. Saya tidak mau hanya “berawang-awang” untuk menjadi mawapres. Saya
ingin merealisasikannya. Dengan meningkatkan kemampun dan berbagai keahlian
yang saya miliki. Maka dari itu saya harus mempersiapkan diri saya dari
sekarang. Lalu, persiapan seperti apa yang saya butuhkan?
Pertama, saya
akan meningkatkan kemampuan bahasa inggris. Saya berpikir bahwa kemampuan
bahasa inggris yang saya miliki masih jauh dari kata cukup. Saya ingin menjadi
seorang yang tidak hanya aktif dalam bahasa inggris. Namun, menjadi orang yang
dapat menjadi pembicara menggunakan bahasa inggris. contohnya, saya ingin
menjadi seorang narasumber yang menyampaikan isi materi menggunakan bahasa
inggris.
Menjadi seorang
presenter bahasa inggris pun ingin saya kuasai. Ada rasa yang sangat luar biasa
ketika saya bisa berbicara di depan umum menggunakan bahasa inggris. Itulah
alasannya saya sangat ingin menguasai kemampuan public speaking
dalam bahasa inggris. Namun, karena kemampuan bahasa inggris saya yang kurang
memadai. Saya hanya bisa melakukan public speaking
di momen-momen tertentu saja. Dan hal ini tentu membuat saya sedikit kecewa.
Jika saja saya bisa menjadi “mastering of English”
atau like native
speaker tentu kesempatan itu tidak akan saya lewati.
Saya akan
menjadi mastering
of English dengan cara berlatih percakapan bahasa inggris setiap hari.
Percakapan yang saya lakukan bertujuan untuk melatih saya terbiasa mengucapkan
bahasa inggris. Hal ini tidak sulit saya lakukan, karena saya berada di Arsama Mahasiswa
Islam Sunan Giri (ASG).
Tempat dimana banyak mahasiswa berprestasi menghuninya. Termasuk saya sendiri
tinggal disana.
Insyaallah saya
akan menyusul para senior saya yang telah terlebih dahulu menjadi mahasiswa
berprestasi pada bidangnya masing-masing. Itu pula yang menjadi pemicu saya
untuk mau menjadi mahasiswa berprestasi. Yaitu, karena banyaknya senior saya di
ASG yang mempunyai prestasi luar biasa.
Kedua, saya berharap bisa mengunjungi kampung inggris di Pare setiap untuk
meningkatkan kemampuan bahasa inggris. Selain itu, saya mulai mengikuti club
debat bahasa inggris UNJ, yang dikenal dengan nama EDF ( English Debating
Family). Menurut saya, dengan mampu berdebat menggunakan bahasa inggris
mempunyai kemampuan bahasa Inggris yang diatas rata-rata.
Saya pun yakin
dengan mengikuti Lembaga kajian mahasiswa (LKM) UNJ dapat menopang keinginan
saya untuk dapat menjadi mastering of English.
Karena, LKM sendiri tidak hanya bergerak dibidang literasi bahasa Indonesia.
Saya akan
mengikuti Himpunan Mahasiswa Jurusan (HIMA) Manajemen Pendidikan untuk dapat
menunjang keorganisasian saya. Seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya,
untuk dapat menjadi seorang mawapres harus memperhatikan aspek sosialnya juga.
Salah satunya dengan mengikuti organisasi. Organisasi yang bisa diikuti tidak
hanya terbatas pada organisasi internal kampus. Melainkan dapat mengikuti
organisasi eksternal lainnya.
Saya
berkeinginan untuk dapat menjadi ketua BEM jurusan manajemen pendidikan
UNJ pada tahun 2017. Saya akan memulai dengan aktif berorganisasi di wiliyah
internal kampus. Karena, untuk memulai suatu hal yang berada di luar
(organisasi eksternal) kampus harus mempunyai sedikit pengalaman dalam
berorganisasi di internal kampus.
Selain kedua hal
diatas, saya sebagai seorang mahasiswa pun harus memperhatikan aspek akademik.
Yaitu nilai kuliah. Saya tidak ingin menjadi mahasiswa organisatoris tetapi
mempunyai IPK yang kecil. Saya mempunyai tekad kuat untuk dapat mencapai nilai
cum laude pada wisuda nanti. Tentunya hal tersebut harus dimulai dari semester
ini (semester I).
Saya akan
meluangkan waktu setiap malam (minimal satu jam) untuk dapat me-review kembali
apa yang telah saya pelajari di kelas. Sehingga saya dapat mempertahankan
prestasi akademik saya. Membaca buku minimal seminggu sekali akan saya jalani
untuk dapat menunjang prestasi akademik saya. Melakukan diskusi bersama
para kawan (mahasiswa UNJ, warga Asrama Sunan Giri, dan seluruh teman-teman
seperjuangan saya) tentu menjadi hal yang wajib untuk dapat meningkat
pengetahuan saya.
Kemudian, saya akan mulai mengikuti lomba-lomba berskala nasional sampai
internasional. Hal ini bertujuan untuk meningkat daya saing saya. Saya ingin
menjadi mahasiswa berjiwa saing global, yang tidak hanya mampun bersaing di
negeri sendiri. Namun, dapat bersaing dengan seluruh dunia. Alasan lainnya
adalah untuk dapat memperbesar kesempatan saya untuk dapat menjadi mawapres.
Karena seorang mawapres dituntut untuk mempunyai prestasi di tingkat nasional
bahkan internasional.
Menjadi
mahasiswa yang dapat berpestasi di tingkat internasional dapat dijadikan
sebagai acuan bahwa mahasiswa tersebut mempunyai kapasitas untuk berkompetisi
secara global. Hal ini sesuai dengan tuntutan zaman mengenai mahasiswa yang
berwawasan global. Inilah yang menunjukan bahwa bahasa inggris merupakan suatu
hal mendasar yang dibutuhkan untuk dapat berkompetisi di era global saat ini.
Seperti yang
telah penulis sebutkan diatas, menjadi seorang mahasiswa berprestasi merupakan
hal yang didambakan hampir seluruh mahasiswa di Indonesia, bahkan mungkin semua
mahasiswa. Namun, banyak pula yang tidak mengetahui apa saja yang diperlukan
untuk menjadi seorang mahasiswa berprestasi.
Sedikit, penulis
akan me-review kembali apa yang telah penulis tulisan pada artikel ini mengenai
syarat untuk menjadi mahasiswa berprestasi atau mawapres. Yang pertama
adalah menguasai bahasa inggris (yang biasanya disebut dengan kemampuan bahasa
asing), aktif dalam berorganisasi (semakin tinggi kedudukan mahasiswa tersebut
dalam organisasi, maka semakin tinggi pula point yang akan didapat mahasiswa
tersebut untuk menjadi mahasiswa berprestasi).
Mempunyai IPK
(Indeks Prestasi Kumulatif) yang cukup tinggi, yaitu 3,00 paling minimal.
karena, seorang mahasiswa yang baik adalah mahasiswa yang bisa menyeimbangkan
antara prestasi akademik dan non akademik. Selanjutnya adalah membuat makalah
ilmiah. ini merupakan syarat untuk menjadi mahasiswa berprestasi. Makalah yang
diajukan merupakan makalah yang belum pernah ada (orisinil buatan mahasiswa
tersebut). Jika yang diajukan merupakan makalah yang pernah dibuat orang lain,
perlu adanya inovasi dalam makalah tersebut.
Menjadi
mahasiswa berprestasi memang penting. Tapi jauh lebih penting, jika kita bisa
lebih bermanfaat bagi orang lain. Saya percaya “tidak ada gading yang tak
retak, tak ada manusia yang sempurna”. Saya, Purwo Besari mahasiswa
manajemen pendidikan 2015, Universitas negeri Jakarta. Semoga apa yang telah saya
tulis dapat bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.
Jakarta, 15 Oktober 2015
Asrama Mahasiswa Islam Sunan Giri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar